MASJID JAMI’ AL HUDA MUHAMMADIYAH TEBET JAKARTA SELATAN

Mengawali tahun baru, Jum’atan keliling (Jumling) ke-397, hari ini tgl 6 Januari 2023/13 Jumadil Akhir 1444 H ke Masjid Jami’ Al Huda Muhammadiyah Tebet. Masjid beralamat di Jl.Tebet Timur Raya no.584, Tebet Timur, Jakarta Selatan. Tidak jauh/berseberangan dengan taman yang lagi viral “Tebet Eco Park”. Berdampingan dengan masjid adalah SMK Muhammadiyah. Al Huda bermakna “Petunjuk dari Allah”.

Menuju masjid sy naik Commuter Line, turun di Stasiun Tebet, dilanjutkan dengan naik Sepeda Lipat (Seli). Setelah menyusuri Jl.Tebet Raya, Jl.Tebet Timur Raya sepanjang 1,5 km selama 12 menit, pukul 10.40 sampailah sy di TKP.

Masjid terlihat anggun walau (maaf), kurang terpelihara, berarsitektur paduan 3 budaya: Jawa, Kolonial dan Timur Tengah. Nuansa Jawa terwujud pada atap yang berpola limasan dan bertingkat, bangunan yang menyembul diatap terinspirasi oleh gaya Kolonial. Sementara sentuhan Timur Tengah, tak pelak lagi adanya kubah (walau tidak terlalu besar) dan menara yang menjulang disisi kiri depan.

Fasad didominasi oleh tangga yang menuju lantai 2 dan roster yang menutup sisi kiri teras lantai 2. Roster dengan corak yang sama (paduan bunga-bintang) juga menutup seluruh samping kiri masjid, juga bagian bawah menara.

Bangunan berlantai dua, lantai 1 digunakan untuk kantor DKM dan ruang ibadah wanita (akhwat), dan lantai 2 sebagai ruang ibadah utama.

Selepas berwudhu, pukul 10.44 sy memasuki ruang ibadah. Kedatangan sy disambut ramah petugas kebersihan masjid (marbot) yang sedang menyelesaikan pekerjaannya, memvacuum karpet. Tampak 3 jama’ah sedang khusyuk sholat sunnah, sy jama’ah ke-4. Selesai sholat sunnah, salah seorang menghampiri sy, mengucap salam disertai jabat tangan.

Ruangan berbentuk empat persegi panjang seluas sekitar 400m², ditambah teras disisi kiri dan depan seluas sekitar 100m², sebagian lantai 1 seluas 200m², total luas lantai 700m², bisa menampung 1.400 jama’ah. Ruangan terasa lega karena minim tiang, dan penempatannya pun dipinggir. Interior sederhana seperti umumnya masjid dilingkungan/milik Muhammadiyah, sangat minim ornamen/ kaligrafi. Satu-satunya kaligrafi adalah kalimat Tauhid dicekungan bawah kubah.

Dinding altar dilapis pualam warna krem. Menyita bagian tengah altar adalah mihrab berupa bidang ukuran 5 x 4 meter yang dilapis pualam warna hitam, mengasosiasikan pada warna Ka’bah. Pada bidang hitam ini terdapat 3 rongga berpola pintu dengan sisi atas melengkung lancip. Rongga tengah berukuran lebih besar, diapit 2 rongga dikiri kanannya yang berukuran lebih kecil. Rongga besar berdimensi lebar 2 meter, tinggi 3 meter dan kedalaman 2 meter. Didalamnya terdapat sajadah untuk sholat imam, jam digital khas masjid, dan mimbar. Mimbar terbuat dari kayu berbentuk setengah bejana, polos tanpa ukiran. Sementara rongga kecil dikiri kanannya berkedalaman 15cm, hanya berfungsi asesori dan dibiarkan kosong.

Cekungan bawah kubah yang bergeometri setengah bola ditopang bentuk kubus dibiarkan telanjang warna tembaga. Tepat dipusatnya, dalam bingkai lingkaran adalah kaligrafi kalimat Tauhid. Untuk keindahan dan ventilasi bagian bawah kubah dibuat 16 jendela mati berkaca patri paduan warna putih-hijau-kuning-biru, berkaligrafi lafadz Allah.

Ruangan dikelilingi oleh 5 pintu dan 14 jendela berkaca bening, sehingga pencahayaan alami cukup optimal. Lantai berupa marmer warna krem, yang seluruhnya ditutup karpet warna merah bermotif kavling jama’ah. Untuk kenyamanan, ruangan dilengkapi AC sentral.

Menit ke menit. Pukul 10.52 marbot menyelesaikan pekerjaan memvacuum, lantas cek sound system, kemudian menghilang. Pukul 11.00 muncul jama’ah kelima. Pukul 11.04 masuk jama’ah keenam, semenit kemudian masuk jama’ah ketujuh. Pukul 11.08 bersamaan masuk jama’ah kedelapan dan kesembilan. Pukul 11.10 masuk jama’ah kesepuluh menghampiri sy, mengucap salam dan menjabat tangan dengan kuat/semangat……dst jama’ah mulai berdatangan satu persatu memenuhi masjid. Sebagian besar (95%) sudah tidak lagi mengenakan masker. Sy tetap setia bermasker kw-1, KN95.

Acara dibuka pukul 11.55 , diawali dengan pembacaan maklumat, yang antara lain berisi ajakan untuk mengikuti pengajian pada hari Selasa ba’da Sholat Maghrib dan hari Jum’at ba’da Sholat Subuh. Khotib sekaligus imam Ustadz H.Ismail Abdulkadir. Maklumat ditutup dengan kumandang adzan tepat pukul 12.00.

Usai adzan, tanpa memberi kesempatan jama’ah Sholat Sunnah Qobliyah, pukul 12.04 khotbah dimulai. Khotib berusia sekitar 55 tahun, berperawakan sedang, berwajah bersih tanpa cambang/jenggot, berkacamata, berbusana baju koko putih dipadu sarung warna biru, berpeci warna hitam. Khotbah tidak berthema, dari uraiannya bisa diberi judul “Renungan Awal Tahun”. Berikut ringkasannya.

1.Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Usia kita makin berkurang, dan patut kita syukuri sampai hari ini masih diberikan usia, dengan usia beragam, dari yang 15 tahun sampai yang 80 tahun.

2.Awal tahun, adalah waktu yang tepat untuk introspeksi, merenung, apa yang telah kita lakukan dan persiapan apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi hari esok. Terutama yang berkaitan dengan taqwa. Perintah-perintah Allah apa saja yang sudah kita tunaikan dengan baik, dan larangan-larangan apa saja yang sudah kita jauhi. Sebagai pengingat, khotib mengutip firman Allah tentang hal ini, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”(Q.S Al Hasyr: 18).

3.Terkait dengan surat/ayat diatas, ada suatu kisah. Alkisah serombongan umat yang kaya, memakai pakaian dan perhiasan mahal beraudensi dengan Rasulullah SAW. Oleh Rasululllah dibacakan surat/ayat diatas. Qodarullah, rombongan tadi insyaf dan melucuti perhiasan untuk diserahkan kepada Rasulullah sebagai infaq/sedekah.

4.Sebagai penutup khotib mengajak kita untuk teruslah berbuat dan mengajak orang lain berbuat kebajikan. Jika orang berbuat kebajikan karena ajakan kita, pahala kebajikan orang tersebut juga akan mengalir ke kita tanpa mengurangi pahala mereka.

Khotbah berlangsung selama 17 menit. Khotbah kedua selama 5 menit disampaikan dalam bahasa Arab dan Indonesia, berisi sholawat, dan doa yang cukup panjang.

Menutup Jumling, bersama sahabat (yang kebetulan bertemu), sy mampir ke Warung Mie Ayam, setelah sebelumnya mencari Warung Soto dan RM Padang yang tak kunjung menemukan. Semangkok Mie Ayam Spesial dan Es Teh Manis cukup membungkam perut yang keroncongan.

Jika dilakukan penilaian:
1.Arsitektur masjid : 75 2.Prasarana & kebersihan: 70 3.Khotib/khotbahnya: 70 4.Imam/bacaannya: 70

2 pemikiran pada “MASJID JAMI’ AL HUDA MUHAMMADIYAH TEBET JAKARTA SELATAN

  1. Assalamualaikum pak…
    Sebelum Sholat dimulai, disetel rekaman murattal dulu nggak?
    Kalau naik busway turun dimana?

    Suka

Tinggalkan komentar